Sejarah Tanah Lot

Selamat datang di Bali, pulau dewata yang selalu menyimpan sejuta pesona dan misteri! Salah satu permata ikonik yang tak pernah luput dari perhatian adalah Pura Tanah Lot. Berdiri kokoh di atas batu karang yang diterpa ombak Samudra Hindia, pura ini bukan hanya pemandangan yang memukau, tetapi juga menyimpan kisah panjang dan sejarah Tanah Lot yang kaya akan legenda dan spiritualitas. Mari kita selami lebih dalam perjalanan waktu untuk mengungkap rahasia di balik salah satu pura paling suci dan menawan di Bali ini.

sejarah tanah lot

 

Menguak Tabir Awal Mula sejarah tanah lot

Setiap batu di Tanah Lot seolah memiliki ceritanya sendiri. Untuk memahami keagungan pura ini, kita harus kembali ke akar sejarah Tanah Lot, jauh ke abad ke-16, ketika seorang tokoh spiritual besar melawat ke pulau ini.

Asal-usul Nama yang Puitis

Nama “Tanah Lot” sendiri sudah menggambarkan keunikannya. Kata “Tanah” berarti daratan atau tanah, sementara “Lot” atau “Lod” dalam Bahasa Bali berarti laut. Jadi, secara harfiah, Tanah Lot bisa diartikan sebagai “Tanah di Tengah Laut” atau “Pulau di Laut”. Penamaan ini sangat pas menggambarkan lokasi pura yang berdiri megah di atas formasi batu karang terpisah dari daratan utama, hanya bisa diakses saat air surut.

Kisah Sang Pedanda Sakti: Dang Hyang Nirartha

Pondasi spiritual dan fisik sejarah Tanah Lot tak lepas dari peran penting seorang pendeta Hindu dari Kerajaan Majapahit, yaitu Dang Hyang Nirartha. Beliau adalah seorang Brahmana yang melakukan perjalanan spiritual menyusuri pesisir selatan Bali pada abad ke-16 untuk menyebarkan ajaran Hindu Dharma. Dalam perjalanannya, Dang Hyang Nirartha singgah di sebuah desa nelayan yang kini dikenal sebagai Desa Beraban, Tabanan.

Dikisahkan bahwa Dang Hyang Nirartha sangat terkesan dengan keindahan batu karang besar di lepas pantai yang dipenuhi aura spiritual. Ia memutuskan untuk bermalam dan melakukan meditasi di sana. Keberadaannya menarik perhatian para nelayan dan masyarakat setempat, namun juga membuat iri Bendesa Beraban, pemimpin desa saat itu, yang merasa kekuasaannya terancam.

Pendirian Pura di Tengah Penolakan

Bendesa Beraban mencoba mengusir Dang Hyang Nirartha. Namun, dengan kesaktiannya, Sang Pendeta mengubah selendangnya menjadi ular-ular laut beracun sebagai penjaga pura dan memindahkan batu karang tempat ia bermeditasi jauh ke tengah laut, di luar jangkauan Bendesa. Di tempat inilah, Dang Hyang Nirartha kemudian mendirikan pura sebagai tempat pemujaan Dewa Laut, yang kini kita kenal sebagai Pura Tanah Lot. Peristiwa inilah yang menjadi titik awal sejarah Tanah Lot sebagai tempat suci.

Setelah menunjukkan kesaktiannya, Dang Hyang Nirartha berpesan kepada masyarakat untuk memuja Tuhan di pura yang telah didirikannya. Ia juga memberikan nasihat spiritual dan ajaran kebaikan. Bendesa Beraban akhirnya menyadari kesalahannya dan menjadi pengikut setia Dang Hyang Nirartha, bahkan menamai desa mereka “Beraban” sebagai penghormatan.

Keajaiban dan Legenda di Balik Tanah Lot

Sejarah Tanah Lot tak hanya tentang pendirian pura, tetapi juga dipenuhi dengan berbagai legenda dan keajaiban yang menambah daya tarik mistisnya. Kisah-kisah ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Tanah Lot.

Ular Suci Penjaga Pura

Salah satu legenda paling terkenal adalah tentang ular laut beracun yang mendiami gua-gua di dasar batu karang Tanah Lot. Ular-ular ini diyakini sebagai jelmaan selendang Dang Hyang Nirartha dan bertindak sebagai penjaga pura dari gangguan spiritual maupun fisik. Konon, racun ular ini berkali-kali lebih mematikan dari ular kobra, namun mereka tidak akan melukai siapa pun yang datang dengan niat baik. Para pengunjung dapat melihat ular-ular ini di bagian bawah pura, dengan panduan penjaga lokal.

Sumber Air Tawar di Laut Asin

Keajaiban lain yang kerap membuat pengunjung takjub adalah adanya mata air tawar yang menyembur dari celah-celah batu karang di bawah pura, tepat di tengah laut asin. Air tawar ini diyakini sebagai air suci (Tirta) dan sering digunakan dalam upacara keagamaan. Fenomena ini dianggap sebagai anugerah dan bukti kesucian Tanah Lot yang tak terpisahkan dari kekuatan alam.

Mitos dan Kepercayaan Lokal

Berbagai mitos dan kepercayaan juga menyelimuti Tanah Lot. Salah satunya adalah pantangan bagi pasangan yang belum menikah untuk berkunjung ke pura utama. Konon, pasangan tersebut akan mengalami perpisahan jika nekat melanggar. Meskipun ini hanya mitos, banyak masyarakat Bali yang masih mempercayainya sebagai bentuk penghormatan terhadap kesakralan pura. Pura ini juga diyakini memiliki kekuatan penyembuhan dan keberkahan bagi mereka yang datang dengan hati yang tulus.

Arsitektur Unik Pura Tanah Lot: Harmoni Alam dan Budaya

Melihat Pura Tanah Lot, kita akan menyaksikan perpaduan sempurna antara keindahan alam dan kearifan arsitektur Bali. Struktur pura ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebuah mahakarya yang menyatu dengan lingkungan.

Tata Letak Pura yang Sakral

Kompleks Pura Tanah Lot sebenarnya terdiri dari beberapa pura. Pura utama, yaitu Pura Penataran Tanah Lot, berdiri kokoh di atas batu karang besar di tengah laut. Pura ini didedikasikan untuk pemujaan Dewa Baruna (Dewa Laut) dan dewa-dewa lainnya. Di daratan utama, terdapat juga pura-pura pendukung seperti Pura Penyawang, Pura Pererepan, Pura Jero Kandang, dan pura-pura lainnya yang digunakan untuk upacara dan ritual tertentu.

Desain Khas Pura Kahyangan Jagat

Sebagai salah satu Pura Kahyangan Jagat (pura penting di Bali), Pura Tanah Lot memiliki desain arsitektur khas Bali. Meskipun terlihat sederhana dari luar, pura ini memiliki bagian-bagian yang sangat sakral, seperti Padmasana sebagai takhta Dewa, serta beberapa bangunan Meru dengan atap bertingkat yang melambangkan gunung suci. Penggunaan material alami, terutama batu karang yang terpahat oleh ombak dan angin selama berabad-abad, memberikan kesan otentik dan menyatu dengan alam.

Pengaruh Zaman dan Upaya Pelestarian

Seiring berjalannya waktu, sejarah Tanah Lot juga diwarnai dengan tantangan. Erosi akibat hantaman ombak dan cuaca ekstrem mulai mengancam keberadaan pura. Pada tahun 1980-an, Tanah Lot menghadapi krisis kerusakan parah yang memerlukan perhatian serius.

sejarah tanah lot

 

Pemerintah Indonesia, dengan bantuan dari Jepang, meluncurkan Proyek Penyelamatan Tanah Lot. Proyek ini melibatkan restorasi dan penguatan struktur batu karang menggunakan teknik beton yang canggih tanpa mengurangi keindahan dan keasliannya. Sekitar sepertiga dari batu karang asli telah diperkuat, memastikan bahwa Pura Tanah Lot akan tetap berdiri megah untuk generasi mendatang. Upaya pelestarian ini adalah bukti komitmen untuk menjaga warisan budaya dan spiritual Bali.

Tanah Lot Kini: Destinasi Ikonik dan Pusat Spiritual

Di era modern ini, Pura Tanah Lot bukan hanya situs bersejarah dan tempat ibadah, tetapi juga menjadi salah satu destinasi wisata paling ikonik di dunia. Setiap tahunnya, jutaan wisatawan dari berbagai penjuru dunia datang untuk menyaksikan keindahan dan merasakan aura magisnya.

Daya Tarik Wisata Kelas Dunia

Keindahan matahari terbenam (sunset) di Tanah Lot adalah pemandangan yang tak terlupakan. Siluet pura yang berpadu dengan langit senja keemasan menciptakan panorama dramatis yang menjadi favorit para fotografer. Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati beragam aktivitas, mulai dari berfoto, berbelanja oleh-oleh, hingga menikmati kuliner khas Bali di area sekitarnya. Saat air surut, pengunjung bahkan bisa berjalan kaki mendekati pura utama dan merasakan air suci yang keluar dari mata air tawar.

Fungsi Keagamaan yang Terus Berjalan

Meskipun ramai dikunjungi wisatawan, Pura Tanah Lot tetap berfungsi sebagai pusat kegiatan keagamaan bagi umat Hindu Bali. Upacara-upacara penting, seperti Piodalan (hari jadi pura) setiap 210 hari sekali (pada hari Rabu Wage Langkir sesuai kalender Bali), serta berbagai ritual keagamaan lainnya, rutin dilaksanakan di sini. Ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan spiritual antara masyarakat Bali dengan pura ini, menjaga agar sejarah Tanah Lot tetap hidup dan relevan.

Pura Tanah Lot adalah sebuah mahakarya alam dan budaya yang tak ternilai. Dari kisah pendiriannya oleh Dang Hyang Nirartha, legenda-legenda mistis yang menyertainya, hingga upaya pelestarian modern, setiap aspek dari sejarah Tanah Lot mengajarkan kita tentang keindahan, spiritualitas, dan ketahanan. Ini adalah tempat di mana masa lalu berbisik melalui deburan ombak, dan masa kini bertemu dengan keabadian. Mengunjungi Tanah Lot bukan hanya berwisata, tetapi juga merasakan pengalaman spiritual yang mendalam, sebuah perjalanan ke jantung keajaiban Bali yang tak terlupakan.

FAQ tentang sejarah tanah lot

Q: Apa makna nama “Tanah Lot”?
A: “Tanah” berarti daratan, dan “Lot” atau “Lod” berarti laut. Jadi, “Tanah Lot” secara harfiah berarti “Tanah di Tengah Laut” atau “Pulau di Laut”, menggambarkan lokasi pura yang unik.

Q: Siapa yang membangun Pura Tanah Lot?
A: Pura Tanah Lot didirikan oleh seorang pendeta Hindu dari Jawa bernama Dang Hyang Nirartha pada abad ke-16, sebagai tempat pemujaan Dewa Laut setelah perjalanannya menyebarkan ajaran Hindu Dharma di Bali.

Q: Kapan waktu terbaik untuk mengunjungi Tanah Lot?
A: Waktu terbaik adalah sore hari menjelang matahari terbenam (sekitar pukul 17.00 – 18.30) untuk menyaksikan pemandangan sunset yang spektakuler. Namun, pagi hari juga menarik karena suasana lebih tenang.

Q: Apakah ada ular di Tanah Lot?
A: Ya, ada ular laut beracun yang diyakini sebagai penjaga pura. Mereka tinggal di gua-gua di dasar batu karang dan dapat dilihat dengan panduan saat air surut.

Q: Apakah pengunjung bisa masuk ke dalam pura utama di Tanah Lot?
A: Umumnya, hanya umat Hindu yang akan bersembahyang yang diizinkan masuk ke area paling sakral pura utama. Wisatawan hanya bisa mendekati area dasar pura saat air surut.

Q: Apakah ada mata air tawar di Tanah Lot?
A: Ya, di bawah pura utama terdapat sebuah mata air tawar yang muncul dari celah batu karang meskipun lokasinya berada di tengah laut asin. Air ini dianggap suci oleh masyarakat lokal.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *